Rabu, 10 Mei 2017

Wajib Baca !!! Waktu Shalat Masih Nanti-nanti? Awas Hidupmu Berantakan Sendiri Lho!

Wajib Baca !!! Waktu Shalat Masih Nanti-nanti? Awas Hidupmu Berantakan Sendiri Lho!

Shalat bukanlah sekadar ibadah rutin yang harus kita tunaikan setiap waktunya datang. Lebih dari itu, ia adalah sarana meringankan beban hidup kita, apapun bentuknya. Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Sungguh shalat itu merupakan sarana terbesar yang akan mengantarkan kita kepada kekokohan dan kemandirian pada sebuah persoalan."


Ungkapan ini tentu saja sangat jelas menunjukkan bahwa shalat adalah salah satu cara yang dipakai oleh seorang hamba untuk mengatasi masalah-masalah yang membelit hidupnya. Karena itu Rasulullah saw bersabda kepada Bilal, "Rehatkan kami dengan shalat, wahai Bilal."

Seperti pada kilasan kisah berikut ini, dimana jika sedang tertimpa masalah dan sulit untuk menemukan jalan keluar, maka sebelum jauh-jauh mencari solusi, maka perbaiki dulu shalat kita.


Pada suatu hari di awal-awal saat memulai bisnis dulu, saya ketemu masalah seperti ini: saya janjian dengan 3 orang di Jakarta. Saat itu posisi saya di Jogja tanpa banyak kenalan di Jakarta dan cekak banget dananya.

Begini jadwalnya: Pak A janji ketemu hari Senin siang, Pak B hari Rabu pagi dan Bu C di hari Jumat sore. Jika saya mau gampang, saya harus berangkat naik kereta Minggu malam dan menginap di Jakarta 5 hari dan pulang Jumat malam.

Sayanya yang bingung: nginep dimana, biaya makannya dimana? Duh ribet, padahal janjiannya udah di-arrange lama dan posisi orang yang mau saya temui itu Boss-boss semua untuk penawaran kerjaan promosi.

Saya harus mengikuti jadual mereka, saya tak kuasa menentukan jadual karena saya yang butuh. Pusinglah saya memikirkan jadual yang mustahil itu. Sampai seminggu menjelang harinya, saya ketemu seorang teman, yang ilmu agamanya lumayan.

Karena belum menemukan solusi, saya pun curhat padanya. Teman saya mengangguk-angguk lalu bertanya, “Jadual sholatmu gimana?

Jadual sholat? Apa hubungannya?” saya keheranan.

Sholat subuh jam berapa?” tanpa menjawab pertanyaan saya, dia meneruskan pertanyaannya.

Errr… Jam setengah enam, jam enam. Sebangunnya lah.. Kenapa,” jawab saya.

Sholat dhuhur jam berapa?

Dhuhur? Jadual sholat dhuhur ya jam 12 lah…” jawab saya.

Bukan, jadual sholat dhuhurmu jam berapa?” ia terus mendesak.

Oooh, jam dua kadang setengah tiga biar langsung Asar. Eh, tapi apa hubungannya dengan masalahku tadi?” saya makin heran.

Temen saya tersenyum dan berkata, “Pantas jadual hidupmu berantakan.

Lhooo.. kok? Apa hubungannya?” saya tambah bingung.

Kamu bener mau beresin masalahmu minggu depan ke Jakarta?” tanyanya lagi.

Lha iya, makanya saya tadi cerita…,” saya menyahut.

Beresin dulu jadual sholat wajibmu. Jangan terlambat sholat, jangan ditunda-tunda, klo bisa jamaah,” jawabnya.

Kok.. hubungannya apa?” saya makin penasaran.

Kerjain aja dulu kalo mau. Enggak juga gak papa, yang punya masalah kan bukan aku…,” jawabnya.

Saya pun pamit, jawabannya tak memuaskan hati saya. Joko sembung naik ojek, pikir saya. Gak nyambung, Jek. Saya pun mencari cara lain sambil mengumpulkan uang saku buat berangkat yang emang mepet. Tapi sehari itu rasanya buntu, buntu banget.


Shalat bukanlah sekadar ibadah rutin yang harus kita tunaikan setiap waktunya datang. Lebih dari itu, ia adalah sarana meringankan beban hidup kita, apapun bentuknya. Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Sungguh shalat itu merupakan sarana terbesar yang akan mengantarkan kita kepada kekokohan dan kemandirian pada sebuah persoalan."


Ungkapan ini tentu saja sangat jelas menunjukkan bahwa shalat adalah salah satu cara yang dipakai oleh seorang hamba untuk mengatasi masalah-masalah yang membelit hidupnya. Karena itu Rasulullah saw bersabda kepada Bilal, "Rehatkan kami dengan shalat, wahai Bilal."

Seperti pada kilasan kisah berikut ini, dimana jika sedang tertimpa masalah dan sulit untuk menemukan jalan keluar, maka sebelum jauh-jauh mencari solusi, maka perbaiki dulu shalat kita.


Pada suatu hari di awal-awal saat memulai bisnis dulu, saya ketemu masalah seperti ini: saya janjian dengan 3 orang di Jakarta. Saat itu posisi saya di Jogja tanpa banyak kenalan di Jakarta dan cekak banget dananya.

Begini jadwalnya: Pak A janji ketemu hari Senin siang, Pak B hari Rabu pagi dan Bu C di hari Jumat sore. Jika saya mau gampang, saya harus berangkat naik kereta Minggu malam dan menginap di Jakarta 5 hari dan pulang Jumat malam.

Sayanya yang bingung: nginep dimana, biaya makannya dimana? Duh ribet, padahal janjiannya udah di-arrange lama dan posisi orang yang mau saya temui itu Boss-boss semua untuk penawaran kerjaan promosi.

Saya harus mengikuti jadual mereka, saya tak kuasa menentukan jadual karena saya yang butuh. Pusinglah saya memikirkan jadual yang mustahil itu. Sampai seminggu menjelang harinya, saya ketemu seorang teman, yang ilmu agamanya lumayan.

Karena belum menemukan solusi, saya pun curhat padanya. Teman saya mengangguk-angguk lalu bertanya, “Jadual sholatmu gimana?

Jadual sholat? Apa hubungannya?” saya keheranan.

Sholat subuh jam berapa?” tanpa menjawab pertanyaan saya, dia meneruskan pertanyaannya.

Errr… Jam setengah enam, jam enam. Sebangunnya lah.. Kenapa,” jawab saya.

Sholat dhuhur jam berapa?

Dhuhur? Jadual sholat dhuhur ya jam 12 lah…” jawab saya.

Bukan, jadual sholat dhuhurmu jam berapa?” ia terus mendesak.

Oooh, jam dua kadang setengah tiga biar langsung Asar. Eh, tapi apa hubungannya dengan masalahku tadi?” saya makin heran.

Temen saya tersenyum dan berkata, “Pantas jadual hidupmu berantakan.

Lhooo.. kok? Apa hubungannya?” saya tambah bingung.

Kamu bener mau beresin masalahmu minggu depan ke Jakarta?” tanyanya lagi.

Lha iya, makanya saya tadi cerita…,” saya menyahut.

Beresin dulu jadual sholat wajibmu. Jangan terlambat sholat, jangan ditunda-tunda, klo bisa jamaah,” jawabnya.

Kok.. hubungannya apa?” saya makin penasaran.

Kerjain aja dulu kalo mau. Enggak juga gak papa, yang punya masalah kan bukan aku…,” jawabnya.

Saya pun pamit, jawabannya tak memuaskan hati saya. Joko sembung naik ojek, pikir saya. Gak nyambung, Jek. Saya pun mencari cara lain sambil mengumpulkan uang saku buat berangkat yang emang mepet. Tapi sehari itu rasanya buntu, buntu banget.


Baca Juga

Shalat bukanlah sekadar ibadah rutin yang harus kita tunaikan setiap waktunya datang. Lebih dari itu, ia adalah sarana meringankan beban hidup kita, apapun bentuknya. Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Sungguh shalat itu merupakan sarana terbesar yang akan mengantarkan kita kepada kekokohan dan kemandirian pada sebuah persoalan."


Ungkapan ini tentu saja sangat jelas menunjukkan bahwa shalat adalah salah satu cara yang dipakai oleh seorang hamba untuk mengatasi masalah-masalah yang membelit hidupnya. Karena itu Rasulullah saw bersabda kepada Bilal, "Rehatkan kami dengan shalat, wahai Bilal."

Seperti pada kilasan kisah berikut ini, dimana jika sedang tertimpa masalah dan sulit untuk menemukan jalan keluar, maka sebelum jauh-jauh mencari solusi, maka perbaiki dulu shalat kita.


Pada suatu hari di awal-awal saat memulai bisnis dulu, saya ketemu masalah seperti ini: saya janjian dengan 3 orang di Jakarta. Saat itu posisi saya di Jogja tanpa banyak kenalan di Jakarta dan cekak banget dananya.

Begini jadwalnya: Pak A janji ketemu hari Senin siang, Pak B hari Rabu pagi dan Bu C di hari Jumat sore. Jika saya mau gampang, saya harus berangkat naik kereta Minggu malam dan menginap di Jakarta 5 hari dan pulang Jumat malam.

Sayanya yang bingung: nginep dimana, biaya makannya dimana? Duh ribet, padahal janjiannya udah di-arrange lama dan posisi orang yang mau saya temui itu Boss-boss semua untuk penawaran kerjaan promosi.

Saya harus mengikuti jadual mereka, saya tak kuasa menentukan jadual karena saya yang butuh. Pusinglah saya memikirkan jadual yang mustahil itu. Sampai seminggu menjelang harinya, saya ketemu seorang teman, yang ilmu agamanya lumayan.

Karena belum menemukan solusi, saya pun curhat padanya. Teman saya mengangguk-angguk lalu bertanya, “Jadual sholatmu gimana?

Jadual sholat? Apa hubungannya?” saya keheranan.

Sholat subuh jam berapa?” tanpa menjawab pertanyaan saya, dia meneruskan pertanyaannya.

Errr… Jam setengah enam, jam enam. Sebangunnya lah.. Kenapa,” jawab saya.

Sholat dhuhur jam berapa?

Dhuhur? Jadual sholat dhuhur ya jam 12 lah…” jawab saya.

Bukan, jadual sholat dhuhurmu jam berapa?” ia terus mendesak.

Oooh, jam dua kadang setengah tiga biar langsung Asar. Eh, tapi apa hubungannya dengan masalahku tadi?” saya makin heran.

Temen saya tersenyum dan berkata, “Pantas jadual hidupmu berantakan.

Lhooo.. kok? Apa hubungannya?” saya tambah bingung.

Kamu bener mau beresin masalahmu minggu depan ke Jakarta?” tanyanya lagi.

Lha iya, makanya saya tadi cerita…,” saya menyahut.

Beresin dulu jadual sholat wajibmu. Jangan terlambat sholat, jangan ditunda-tunda, klo bisa jamaah,” jawabnya.

Kok.. hubungannya apa?” saya makin penasaran.

Kerjain aja dulu kalo mau. Enggak juga gak papa, yang punya masalah kan bukan aku…,” jawabnya.

Saya pun pamit, jawabannya tak memuaskan hati saya. Joko sembung naik ojek, pikir saya. Gak nyambung, Jek. Saya pun mencari cara lain sambil mengumpulkan uang saku buat berangkat yang emang mepet. Tapi sehari itu rasanya buntu, buntu banget.


Related Posts

Wajib Baca !!! Waktu Shalat Masih Nanti-nanti? Awas Hidupmu Berantakan Sendiri Lho!
4/ 5
Oleh