Jumat, 23 Juni 2017

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang


Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang

Kisah yang mengajarkan kita untuk lebih banyak bersyukur

Di bulan Ramadan ini, mungkin sebagian besar orang akan menyiapkan makanan yang spesial untuk menu sahur dan berbuka puasa. Dan mungkin juga, kamu malas makan sahur kalau lauknya cuma tempe. Bisa bersantap sahur dengan nasi dan lauk, bukankah itu sudah nikmat yang tak ternilai? Mungkin kita kerap melupakan itu.
Sepenggal kisah yang dibagikan oleh salah seorang netizen ini mungkin bisa bikin kita sadar. Cerita ini tentang seorang kakek penjual abu gosok yang hanya bisa sahur dan berbuka dengan air putih saja. Setidaknya, perjalanan si kakek ini yang akan menampar kita, bahwa selama ini kita masih begitu kurang bersyukur. Lebih dekat mengenal si kakek, berikut ini adalah kisah selengkapnya.

Kakek yang enggak mengemis meski telah sepuh, lebih memilih bekerja

Seorang netizen bernama Fauziah Ulfa adalah yang pertama kali membagikan kisah pilu dari kakek renta ini. Menurut yang ditulis Fauziah, kakek ini merupakan pedagang abu gosok keliling yang biasanya berjualan sekitar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Kakek yang tinggal jauh dari anaknya

iklan 336x280 iklan link responsive
margin-bottom: 15px; text-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.024) 1px 1px 1px; word-wrap: break-word;"> 

Tinggal numpang di rumah orang, sahur dan buka hanya air putih saja


Tak tega dengan kondisi tersebut, Fauziah meminta agar si kakek istirahat saja. Namun permintaan itu hanya dibalas dengan senyum. Setelahnya kakek renta itu mengatakan jika ia tidak bisa banyak ngobrol karena perutnya sakit jika terlalu banyak bicara. Fauziah akhirnya pamit ke kampus.

Mengunggah foto dan cerita si kakek di media sosial

Dari pertemuan tersebut, Fauziah merasa tertampar. Ia takjub sekaligus terkesan pada seorang kakek setua itu namun masih terus berpuasa dan bekerja. Padahal saat ini masih begitu banyak anak muda yang kerap menyepelekan makanan, sedangkan si kakek buat makan saja susah.
Melalui akun sosial media miliknya, Fauziah menuliskan cerita pertemuan tersebut, sekaligus mengajak netizen lain, khususnya para mahasiswa UIN Jakarta untuk berhenti sejenak ketika bertemu dengan si kakek. Fauziah mengajak warganet untuk membeli abu gosoknya, atau bola kecil yang dijual dengan harga Rp 5000. Setidaknya dengan membeli dagangan kakek renta tersebut, bisa untuk mengganjal perut saat masuk waktu buka puasa.
Cerita pilu sang kakek tersebut setidaknya membuat kita sadar, betapa beruntung orang-orang yang bisa menikmati santap sahur dan berbuka dengan berbagai menu. Semoga kisah kakek penjual abu gosok ini membuat kita lebih bersyukur. 

Aamiin

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang


Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang

Kisah yang mengajarkan kita untuk lebih banyak bersyukur

Di bulan Ramadan ini, mungkin sebagian besar orang akan menyiapkan makanan yang spesial untuk menu sahur dan berbuka puasa. Dan mungkin juga, kamu malas makan sahur kalau lauknya cuma tempe. Bisa bersantap sahur dengan nasi dan lauk, bukankah itu sudah nikmat yang tak ternilai? Mungkin kita kerap melupakan itu.
Sepenggal kisah yang dibagikan oleh salah seorang netizen ini mungkin bisa bikin kita sadar. Cerita ini tentang seorang kakek penjual abu gosok yang hanya bisa sahur dan berbuka dengan air putih saja. Setidaknya, perjalanan si kakek ini yang akan menampar kita, bahwa selama ini kita masih begitu kurang bersyukur. Lebih dekat mengenal si kakek, berikut ini adalah kisah selengkapnya.

Kakek yang enggak mengemis meski telah sepuh, lebih memilih bekerja

Seorang netizen bernama Fauziah Ulfa adalah yang pertama kali membagikan kisah pilu dari kakek renta ini. Menurut yang ditulis Fauziah, kakek ini merupakan pedagang abu gosok keliling yang biasanya berjualan sekitar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Kakek yang tinggal jauh dari anaknya

iklan 336x280 iklan link responsive
margin-bottom: 15px; text-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.024) 1px 1px 1px; word-wrap: break-word;"> 

Tinggal numpang di rumah orang, sahur dan buka hanya air putih saja


Tak tega dengan kondisi tersebut, Fauziah meminta agar si kakek istirahat saja. Namun permintaan itu hanya dibalas dengan senyum. Setelahnya kakek renta itu mengatakan jika ia tidak bisa banyak ngobrol karena perutnya sakit jika terlalu banyak bicara. Fauziah akhirnya pamit ke kampus.

Mengunggah foto dan cerita si kakek di media sosial

Dari pertemuan tersebut, Fauziah merasa tertampar. Ia takjub sekaligus terkesan pada seorang kakek setua itu namun masih terus berpuasa dan bekerja. Padahal saat ini masih begitu banyak anak muda yang kerap menyepelekan makanan, sedangkan si kakek buat makan saja susah.
Melalui akun sosial media miliknya, Fauziah menuliskan cerita pertemuan tersebut, sekaligus mengajak netizen lain, khususnya para mahasiswa UIN Jakarta untuk berhenti sejenak ketika bertemu dengan si kakek. Fauziah mengajak warganet untuk membeli abu gosoknya, atau bola kecil yang dijual dengan harga Rp 5000. Setidaknya dengan membeli dagangan kakek renta tersebut, bisa untuk mengganjal perut saat masuk waktu buka puasa.
Cerita pilu sang kakek tersebut setidaknya membuat kita sadar, betapa beruntung orang-orang yang bisa menikmati santap sahur dan berbuka dengan berbagai menu. Semoga kisah kakek penjual abu gosok ini membuat kita lebih bersyukur. 

Aamiin

Baca Juga

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang


Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang

Kisah yang mengajarkan kita untuk lebih banyak bersyukur

Di bulan Ramadan ini, mungkin sebagian besar orang akan menyiapkan makanan yang spesial untuk menu sahur dan berbuka puasa. Dan mungkin juga, kamu malas makan sahur kalau lauknya cuma tempe. Bisa bersantap sahur dengan nasi dan lauk, bukankah itu sudah nikmat yang tak ternilai? Mungkin kita kerap melupakan itu.
Sepenggal kisah yang dibagikan oleh salah seorang netizen ini mungkin bisa bikin kita sadar. Cerita ini tentang seorang kakek penjual abu gosok yang hanya bisa sahur dan berbuka dengan air putih saja. Setidaknya, perjalanan si kakek ini yang akan menampar kita, bahwa selama ini kita masih begitu kurang bersyukur. Lebih dekat mengenal si kakek, berikut ini adalah kisah selengkapnya.

Kakek yang enggak mengemis meski telah sepuh, lebih memilih bekerja

Seorang netizen bernama Fauziah Ulfa adalah yang pertama kali membagikan kisah pilu dari kakek renta ini. Menurut yang ditulis Fauziah, kakek ini merupakan pedagang abu gosok keliling yang biasanya berjualan sekitar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Kakek yang tinggal jauh dari anaknya

iklan 336x280 iklan link responsive
margin-bottom: 15px; text-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.024) 1px 1px 1px; word-wrap: break-word;"> 

Tinggal numpang di rumah orang, sahur dan buka hanya air putih saja


Tak tega dengan kondisi tersebut, Fauziah meminta agar si kakek istirahat saja. Namun permintaan itu hanya dibalas dengan senyum. Setelahnya kakek renta itu mengatakan jika ia tidak bisa banyak ngobrol karena perutnya sakit jika terlalu banyak bicara. Fauziah akhirnya pamit ke kampus.

Mengunggah foto dan cerita si kakek di media sosial

Dari pertemuan tersebut, Fauziah merasa tertampar. Ia takjub sekaligus terkesan pada seorang kakek setua itu namun masih terus berpuasa dan bekerja. Padahal saat ini masih begitu banyak anak muda yang kerap menyepelekan makanan, sedangkan si kakek buat makan saja susah.
Melalui akun sosial media miliknya, Fauziah menuliskan cerita pertemuan tersebut, sekaligus mengajak netizen lain, khususnya para mahasiswa UIN Jakarta untuk berhenti sejenak ketika bertemu dengan si kakek. Fauziah mengajak warganet untuk membeli abu gosoknya, atau bola kecil yang dijual dengan harga Rp 5000. Setidaknya dengan membeli dagangan kakek renta tersebut, bisa untuk mengganjal perut saat masuk waktu buka puasa.
Cerita pilu sang kakek tersebut setidaknya membuat kita sadar, betapa beruntung orang-orang yang bisa menikmati santap sahur dan berbuka dengan berbagai menu. Semoga kisah kakek penjual abu gosok ini membuat kita lebih bersyukur. 

Aamiin

Related Posts

Ngiris Hati! Kakek Penjual Abu Gosok Ini Hanya Sahur dan Buka dengan Air Putih karena Tak Punya Uang
4/ 5
Oleh